Rabu, 18 Maret 2015

berapa gaji ayah? (cerita pendek, renungan, contoh)

Seperti biasa Andrew, Kepala Cabang di sebuah perusahaan swasta terkemuka di Jakarta , tiba di rumahnya pada pukul 9 malam. Tidak seperti biasanya, Sarah, putri pertamanya yang baru duduk di kelas tiga SD membukakan pintu untuknya.
Nampaknya ia sudah menunggu cukup lama.
“Kok, belum tidur ?” sapa Andrew sambil mencium anaknya.
Biasanya Sarah memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari.
Sambil membuntuti sang Papa menuju ruang keluarga, Sarah menjawab,
“Aku nunggu Papa pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji Papa ?”
“Lho tumben, kok nanya gaji Papa ? Mau minta uang lagi, ya ?”
“Ah, enggak. Pengen tahu aja” ucap Sarah singkat.
“Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000,-. Setiap bulan rata-rata dihitung 22 hari kerja. Sabtu dan Minggu libur, kadang Sabtu Papa masih lembur. Jadi, gaji Papa dalam satu bulan berapa, hayoo ?”
Sarah berlari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar sementara Papanya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Andrew beranjak menuju kamar untuk berganti pakaian, Sarah berlari mengikutinya.
“Kalo satu hari Papa dibayar Rp. 400.000,- untuk 10 jam, berarti satu jam Papa digaji Rp. 40.000,- dong” katanya.
“Wah, pinter kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, tidur” perintah Andrew
Tetapi Sarah tidak beranjak. Sambil menyaksikan Papanya berganti pakaian, Sarah kembali bertanya, “Papa, aku boleh pinjam uang Rp. 5.000,- enggak ?”
“Sudah, nggak usah macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini ? Papa capek. Dan mau mandi dulu. Tidurlah”.
“Tapi Papa…”
Kesabaran Andrew pun habis. “Papa bilang tidur !” hardiknya mengejutkan Sarah. Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya.
Usai mandi, Andrew nampak menyesali hardiknya. Ia pun menengok Sarah di kamar tidurnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Sarah didapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang Rp. 15.000,- di tangannya.
Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Andrew berkata, “Maafkan Papa, Nak, Papa sayang sama Sarah. Tapi buat apa sih minta uang malam-malam begini ? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan Rp. 5.000,- lebih dari itu pun Papa kasih” jawab Andrew
“Papa, aku enggak minta uang. Aku hanya pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini”.
“lya, iya, tapi buat apa ?” tanya Andrew lembut.
“Aku menunggu Papa dari jam 8. Aku mau ajak Papa main ular tangga. Tiga puluh menit aja. Mama sering bilang kalo waktu Papa itu sangat berharga.
Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku, hanya ada Rp. 15.000,- tapi karena Papa bilang satu jam Papa dibayar Rp. 40.000,- maka setengah jam aku harus ganti Rp. 20.000,-. Tapi duit tabunganku kurang Rp. 5.000,- makanya aku mau pinjam dari Papa” kata Sarah polos.
Andrew pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata.
Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan perasaan haru. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tidak cukup untuk “membeli” kebahagiaan anaknya.
Para Ayah ataupun anda seorang ibu… Jangan Lupa .. Anak anda harta yang tak pernah bisa tergantikan nilainya !!!

Sumber : yohang.net

kasih sayang ayah kepada sang anak

Sore kemaren, bapak ini bikin hariku biru..
Sebenarnya sudah berkali-kali bapak ini mondar mandir didepan stand sepatu-ku. Tapi setelah agak sepi, baru beliau mendekat .
“ Hmmm… begini bu..”.
Beliau mengeluarkan sesuatu yang membuat aku sedikti bingung.
Beberapa potongan tali rapia kecil-kecil .
“ Anak perempuan saya, 13 tahun, punya badan gemuk dan tinggi. Saya susah sekali menemukan sepatu anak perempuan nomor 42.. Kalo bisa lebih besar lagi, saya mau beli bu…”.
Saya melongo.
Diam.
Hening.
Menatap potongan tali yang begitu detil.
Ukuran untuk panjang kaki, lebar kaki, jarak jepit jempol jika ingin mencari sandal jepit pun ada.
Permintaan bapak ini, sungguh berat. Ukuran sepatu dan sandal wanita yang ada di stand saya yg merupakan stok toko sepatu kawan saya di mojokerto adalah ukuran orang Indonesia pada umumnya, paling besar ukuran nomor 40.
Aku ga mungkin menolak beliau..
Tatapan mata belIau mengingatkanku pada almarhum bapakku.
Pria hebat, yang sangat dekat denganku. Semangat berkeliling dunia, kudapatkkan dari beliau.
Seorang pelaut tak berpendidikan formal, yang punya skill membawa kapal penarik minyak, yang bergaji murah. Skill beliau menarik tag boat, keliling Indonesia, bahkan mungkin tak dihargai 10persen dari gaji karyawan berpendidikan tinggi di perusahaan minyak milik asing kala itu.
I LOVE HIM so much.
Ketika beliau pergi, aku masih SMK kelas 2. Aku sempat membenci takdirku saat itu..
Mungkin tatapan inilah yang juga dimiliki almarhum bapakku ketika beliau ke Surabaya, dan aku menitip boneka susan lengkap dengan petunjuk model boneka yg kuinginkan.
“ pak.. bonekanya harus biss ngomong, bisa begerak, bisa nyanyi… pokoknya seperti susan yang dipegang kak ria enez..”. Waktu itu aku masih belum sekolah.
Aku ingat betul.
Aku bertemu bapakku hanya seminggu dalam sebulan. Bapakku menghabiskan hari-hari beliau dilaut.. membawa barang dari Surabaya ke Balikpapan, pulang pergi.
Sebulan kemudian, bonekanya memang kudapatkan. Tidak persis tapi mirip.
Boneka dengan empeng dimulut. Jika empengnya di cabut dari mulut boneka, boneka mirip susan itu akan mengeluarkan suara tangisan bayi meraung-raung.
Dan jika empeng dipasang kembali, bonekanya akan mengeluarkan suara terkekeh-kekeh, sambil mengucapkan : I love you mama..
Balikpapan waktu itu tidak sebesar saat ini. Apalagi kampung baru.
Mainan boneka-ku adalah yg terbaru di Surabaya, apalah lagi di Balikpapan.
Aku langsung memamerkan boneka-ku dari ujung jembatan gang sampai depan gang.
Bangganya aku!
*me-lap air mata dulu ya*
Mungkin begitu juga bapakku saat itu. Keliling toko mainan di Surabaya untuk memcari boneka pesananku.
**
“ Pak.. ukuran 42 ndak ada, tapi saya bisa buatkan 2 minggu. “. Kataku pada si bapak.
Jawaban lancang ini sebenarnya belum aku diskusikan pada temanku si pemilik sepatu. Tapi bodo amat. Si bapak tidak boleh ditolak.
“ Alhamdulillah.. sebulan pun tak pa bu.. asal anak Saya bisa punya sepatu baru. 2 Tahun lalu, saya pernah beli dia sepatu laki-laki nomer 42, tapi karena macam tu.. sepatu masih pantas dipakai anak perempuan.. sampai sekarang sudah kali keberapa itu sepatu sobek dan di jahit ulang..”
Beliau sumringah. Menunjuk model 2 sepatu kulit, kemudian mengeluarkan uang 500ribu, setelah mencatatkan alamat beliau.
Beliau dari salah satu desa kecil di kabupaten kerinci jambi.
Beliau adalah salah satu pemilik UKM perwakilan dari kabupaten jambi yang membuka stand kain songket jambi.
“ Bu.. jikapun ibu nanti lupa mengirimkan sepatu saya… saya ikhlas.. ada orang nak tau bagaimana perasaan seorang ayah ingin membahagiakan anaknya.. itupun cukup sudah.. “.
Dan beliau pergi, membuat saya berkaca-kaca.
Ya! Buat kita orang kota, “persoalan” bapak ini bukanlah hal yg susah.
Sepatu perempuan lucu dan unik, sampai No 44-pun ada di PAYLESS STORE, di mall – mall besar.
Tapi bukan tentang itu..
Tapi ini tentang kisah si bapak.
Mungkin sebagian dari kita menganggap bahwa bapak adalah sosok yang dingin.. kaku… tidak perhatian.. monoton.. dan memiliki kosakata terbatas dalam berdialog.
Namun, Rasulullah, meski menyebut "bapak" sebagai “orang kedua” setelah ibu,
itupun disebut setelah yang ke empat.
Pastiah karena beliau istimewa…
Ibumu.. ibumu.. ibumu… dan bapakmu..

dikutip dari cerita
yana yuliana https://www.facebook.com/yana.nurliana

Entri Populer